12/07/2007

tugas kelompok XI ia IKA cs

1. Ika Fitriyani (XI/A/03)
2. Puji Yanti (XI/A/05)
3. Erna Kumalasari (XI/A/13)
4. Lis Hartanti (XI/A/17)

Pemerintah Inggris Di Indonesia (1811-1816)

Inggris dengan Kapitulasi Tuntang (11 September 1811) Belanda menyerahkan Indonesia kepada Lord Minto. Jendral EIC, Lord Minto mengangkat Thomas Stamford Raffles (19 Oktober 1811) selaku Letnan Gubernur Jendral Indonesia mewakili Raja Lord Minto yang berkedudukan di India.
✤ Berbagia tindakan Raffles untuk melaksanakan tugas:
‐ Tindakan dalam bidang pemerintahan : membagi pulau Jawa 16 karesidenan.
‐ Tindakan dalam bidang ekonomi : mengatasi sistem Contingenten dengan menerapkan Landrent, mengadakan monopoli perdagangan garam, mengadakan perdagangan besar.
‐ Tindakan dalam bidang sosial: Penghapusan, perbudakan, mengurangi penguasa tradisional.
✤ Tindakan Raffles dalam sistem ekonomi mengalami kejayaan karena :
‐ Sulit menentukan besar-kecil pajak bayi setiap pemilik tanah.
‐ Sulit menentukan luas-sempitnya tingkat kesuburan tanah.
‐ Terbatasnya pegawai Raffles.
‐ Masyarakat pedesaan belum mengenal sistem uang.
✤ Jasa Raffles selama di Indonesia:
‐ Menulis buku sejarah pulau jawa
‐ Olivia Marianne merintis kebun Raya Bogor
‐ Menemukan bunga diberi nama Rafflesia Arnoldi
‐ Mengangkat Sultan Sepuh menjadi Sultan Jogjakarta.
Pada tahun 1814 Kaisar Napoleon jatuh atas dasar Convention Of Landon antara Inggris dan pemerintahan Belanda. Indonesia dikembalikan pada Belanda.
Isi Konveksi London (Convention of London):
- Belanda menerima kembali semua daerah jajahan dari tangan Inggris.
- Inggris memperoleh daerah di India dari Belanda.
Perjanjian tersebut membawa perubahan, Raffles menyerahkan Jawa kepada wakilo kerajaan Belanda (Vander Capellen. Buyskess & Elout). Tahun 1816 kemudian menerima penyerahan John Fendall, pengganti Raffles.
Penjajah Inggris: dengan Kapitulasi Tuntang (11 September 1811) mengangkat Raffles di Indonesia untuk melaksanakan kebiijakannya. Tahun 1814 Indonesia di serahkan ke Belanda karena Konvensi London.

12/06/2007

akulturasi budaya

bedug dan budaya islam
Mungkin hanya di Indonesia saja bedug telah memasuki relung kehidupan kita (baca: Umat islam ). Pada zaman Nabi Saw. bedug tidak dikenal, hanya sebelum adzan disyariatkan Rosulullah Saw. menggunakan lonceng, terompet dan api untuk memberitahukan dan mengumpulkan para sahabat untuk shalat.(Sirah Nabawi untuk remaja). Nabi Saw tidak senang dengan cara ini, karena cara ini adalah kebiasaan orang-orang yahudi dan nasrani. Baru pada tahun ke I atau tahun ke II hijriah (khilaf) Allah Swt mensyariatkan adzan.(Hasyiyatu al Syarqowi vol I).
Entah, dari mana sebetulnya bedug datang dan masuk ditengah-tengah kehidupan kita dan menjadi salah satu symbol (syiar) agama Islam. Gunawan Muhammad dalam salah satu Catatan Pinggirnya menyatakan bahwa bedug berasal dari negeri Cina. Informasi ini ia dapat dari seorang guru besar etnomusikologi Amerika, Charles Capwell. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dizaman Hindu dan Budha instrumen itu tidak pernah disebut. Mungkin baru ketika Zheng He dan pasukannya datang sebagai utusan maharaja Ming ke Jawa, dialah yang memperkenalkan bedug ketika ia memberi tanda berbaris ke tentara yang mengirimnya.
Terlepas dari valid dan tidaknya sumber ini, pada intinya bedug adalah budaya lokal yang telah menjadi budaya Islam. Di situlah terjadi akulturasi timbal balik antara Islam dan budaya lokal. Adanya kemungkinan akulturasi timbal balik ini digambarkan dalam salah satu qaidah kulliyah fiqhiyah ”Kebiasaan bisa menjadi patokan hukum“ (al ‘Adah Muhakkamah), atau “perkara yang ditetapkan oleh ‘uruf sama seperti yang ditetapkan oleh dalil syara“ (al Tsabit bi al Urfi ka al Tsabit bi Dalilin Syar’iy).
Jadi kehadiran Islam selalu merombak tatanan masyarakat atau transformasi sosial dari “ masa Jahiliyah “ menuju kemasa yang lebih baik. Namun bukan berarti Islam bersifat disruptif atau menghapus semua kebiasaan atau tradisi masyarakat dengan fundamental. Islam tetap melegalisir kebiasaan suatu masyarakat asalkan tidak bertentangan dengan hukum-hukum syariat (Islam Doktrin dan Peradaban, Nur Cholis Madjid).
Tidak terkecuali bedug, setidaknya menurut pengamatan penulis ada dua faktor kenapa bedug ditoleransi oleh para Ulama dulu menjadi salah satu budaya dan simbol Islam (Indonesia). Pertama, bedug telah menjadi kebudayaan Hindu yang mengakar pada masyarakat sebelum kedatangan Islam di Indonesia, seandainya bedug di cabut dengan serta-merta dari masyarakat, maka mereka akan sulit menerima Islam, karena Islam akan terasa asing di tengah-tengah mereka. Hal ini jugalah yang pernah dilakukan oleh Sa’ad bin Abi Waqqosh ketika dia berhasil menaklukkan Negara Persia dan menjadikan istana raja Kisra sebagai tempat ibadah, namun tidak memusnahkan patung-patung berhala yang ada di dalamnya (al Khayyat, Durus Tarikh al Islami juz II). Kedua, bahwa bedug sebagaimana adzan hanyalah sebagai washilah untuk melaksanakan ibadah Shalat, artinya menabuh bedug bukan bagian dari ibadah mahdhoh yang dalam qoidah al ‘Adah Muhakkamah diatas menjadi salah satu syarat sahnya kebiasaan (adat) menjadi patokan hukum syariat. (Ushul Fiqih, Metodologi Hukum islam ).
Namun bukan berarti semua tradisi masyarakat dapat dibenarkan oleh agama. Sikap apriori terhadap tradisi dengan menerima dan membenarkannya tanpa sikap kritis dan selektif akan bisa menyebabkan hilangnya nilai-nilai samawi dalam agama.
Maka Nurcholish Madjid menegaskan perbedaan antara tradisi dan tradisionalitas. Tradisi adalah kebiasaan yang belum tentu baik, maka harus diteliti agar bisa diterima menjadi bagian dari hukum syariah. Sedangkan tradisionalitas pasti tidak baik, karena menganggap benar semua tradisi. Hampir senada dengan Nurcholis Madjid, KH. Ahmad Shiddiq (Rais Aam PBNU, 1984) mengemukakan bahwa Islam mempunyai tiga prinsip yang harus dipegang untuk menyikapi tradisi masa lalu. Pertama, akomodatif. Artinya, Islam bisa menerima budaya lokal. Kedua, selektif. artinya tradisi atau budaya tersebut diteliti terlebih dahulu agar tidak bertentangan dengan syariat, dan ketiga proporsional. artinya pelaksanaan suatu kegiatan yang terkait dengan budaya lokal itu sebanding dengan pengakuannya. (NU “liberal”).
Memang, pada konteks masa lalu bedug perlu ditoleransi untuk menjadi bagian dari Islam. Namun bisa jadi pada konteks zaman sekarang, ketika bedug bukan hanya digunakan untuk memberitahukan masuknya waktu shalat bahkan ia merambah kepada hal-hal negatif. Di daerah Banten ada seni tari bedug yang ditabuh oleh gadis-gadis di depan Masjid Agung Banten (lihat: Ensiklopedi Nasional, entri Bedug), atau kita lihat konser bedug yang disponsori oleh salah satu pabrik rokok, atau bahkan bedug dijadikan ajang untuk “unjuk kegaduhan dan keramaian.“ Lihatlah pada bulan Ramadhan atau pada waktu dan setelah hari raya, atas nama syiar Islam bedug ditabuh bertalu-talu sekalipun sangat menggangu tetangga sekitar. Nah, disinilah mungkin kita perlu lebih menelaah kembali agar bedug diletakkan secara proporsional sebagai sebuah budaya lokal. Konon kiai Hasyim Asyari pun pernah berbeda pendapat dengan kiai Faqih Maskumambang mengenai bedug. Menurut kiai Hasyim bedug adalah bid'ah sedangkan kiai Faqih berpendapat sebaliknya.
Namun bukan berarti penulis bermaksud memprovokasi untuk men”disruptif”kan budaya bedug yang telah menjadi bagian dari Islam, namun barangkali bisa menjadi ibrah bahwa kita harus lebih bersikap moderat (tawashut) dalam menyikapi sebuah tradisi, bukan dengan sikap aprioristik dan disruptif. Akhiran, barangkali patut kita renungi dalam-dalam kembali makalah ulama, “al muhafadzah ala al qadim al shalih wa al akhdzu bi jadid al ashlah.“ Memelihara tradisi lama yang baik dan mentransfer tradisi baru yang lebih baik. Allahu a’lam.

12/05/2007

Tugas Titi Mundari & Ismaya XI ia

PENJAJAHAN BELANDA DI INDONESIA
Belanda datang :Thn 1596 mendarat di Banten
Thn 1599 tiba di Ambon
Tujuan :Untuk membeli rempah – rempah sebanyak – banyaknya.
Untuk menghindari persaingan Belanda mendirikan persekutuan dagang
Dengan nama Verenigde Oostindische Campagnie (VOC)
Pada thn 1602
Hak – hak voc :~ Hak mencetak uang sendiri
~Hak monopoli perdagangan
~Hak membentuk angkatan perang
~Hak mengadakan perjanjian denga Raja-raja di indonesia
Dengan berdirinya VOC membawa keberuntungan bagi Belanda .Belanda menjajah
Indonesia selama 350 th.Halini disebabkan oleh lemahnya bangsa Indonesia menghadapi Belanda . Sampai akhirnya VOC mengalami kemunduran karena hasil –hasil dari monopoli di selewengkan dan di korupsi yang menyebabkan kas VOC menjadi habis .
Dan akhirnya VOC dibubarkan pada tangal 31- Desember –1799.
Pada saat pembubaran VOC Belanda sedang bermungsuhan dengan bangsa Inggris .
Oleh sebab itu Belanda cemas takut kalau Indonesia jatuh ketangan Inggris , maka untuk memperkuat pertahananya dipulau Jawa Belanda mengangkat Willem daendels sebagai gebenur jenderal.Dalam halini willem memaksa rakyat kerja paksa untuk membangun jalan dari Anyer sampai Panaruhkan sepanjang kurang lebih 1000 Km.
2. Sistem Tanam Paksa
Menurut perjanjian London antara Inggris dan Belanda pada tahun 1814 dimana semua kekuasaan Inggris di Indonesia harus diserahkan kepada Belanda .Pada tahun 1830 pemerintahan Belanda mengangkat Van den bosch sebagai gebenur janderal.Ia mendapat
Tugas untuk mencari uang oleh sebab itu ia mendirikan Sistem Tanam paksa (Cultuur Stelsel) dalam system ini rakyat diharuskan menanam tanaman yang laku dijual antara lain :the, tebu,dan kopi .Pada tahun 1870 sistem tanam paksa dihapus.
Penghapusan ini dilakukan karena mendapat penentangan dari bangsa Belanda sendiri salah satunya yaitu : Baron van houvel & douwes dekker dengan nama samaran Idul max havelaar.dalam penentanganya mereka menceritakan betapa tersiksanya bangsa Indonesia
dalam menjalani tanam paksa
3.Para Pejuang Dalam Melawan Belanda
a) Patimura lahir pada thn 1783 saparau ,maluku .wafat pada tanggal 16-Des-1817.
b) Tuanku imam bonjol melawan pada thn 1821-1837.wafat thn 1864 di Manado.
c) Pangeran Diponegoro putra dari Sultan hamengkubuwono III raja Yogyakarta. lahir thn 1785 .pada tgl 20 juni 1825 mulai perang .Beliau perang selama 5 thn.
d) Ketut jelantik seorang patih dari kerajaan Buleleng dan masih banyak lagi para pejuan yang melawan belanda.